Selasa, 23 Desember 2008

--Kado untuk ibu yang melahirkan aku--


Adakah pijar matahari setulus hangatmu, ibu. Selembut jemari teduh
hati yang mengantarku memaknai sekujur bumi. Adakah pendar aura
bulan seindah kasih sayangmu. Sedamai dekapan jubah malam pengantar
lelap tidurku. Wahai perempuan yang telah bersusah payah membawaku
mengenal gemerlap bintang di angkasa raya, aku mencintaimu sebagai
cahaya di ujung degup hidup.
Dari suci rahimmu aku terlahir sebagai cahaya mata yang telah
menggenapi tugas keperempuananmu. Di bawah naung do'a restumu aku
belajar merangkak, belajar berdiri, belajar berjalan, berlari,
terbang memaknai napas kehidupan. Semua di bawah naung cintamu ibu.
Ibu, betapa seluruh dunia mengagungkan keberadaanmu. Lihatlah Upik
Abu dan Bawang Putih yang menderita setelah kepergianmu, mereka
benar-benar kehilanganmu. Ibu. Ampuni aku jika lakuku lukai hatimu
seperti Malin Kundang yang bersimpuh rapuh memohon pintu maafmu,
ibu. Jangan kau usir aku dari cintamu seperti yang telah kau lakukan
pada Sangkuriang, sungguh pun dia membunuh Tumang karena ia ingin
membahagiakanmu, ibu. Dekap jiwa kami dengan cintamu, seperti yang
kau lakukan pada Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Wahai
ibu, cintamu adalah payung langit di hamparan semesta jingga.
Ibu, kau adalah inspirasi bagi semua anak di muka bumi. Tak sadarkah
kau pada lirik lagu yang dinyanyikan oleh Melly Goeslow, Iwan Falls,
Sulis, John Lennon, dan ribuan penyanyi-penyanyi lainnya di muka
bumi. Atau jutaan pujangga yang menyanjung namamu dalam syair-syair
kekal di deras nadi mereka. Ibu, kau adalah puisi dengan makna yang
tak akan pernah habis digali.

"Oh, bunda.. ada dan tiada dirimu `kan selalu ada di dalam hatiku..."
"Seperti udara, kasih yang engkau berikan, tak mampu kumembalas,
ibu,"

Ibu, jangan kau palingkan cinta sucimu. Kami adalah titipan-Nya yang
membutuhkan air susumu. Kami membutuhkan sentuhan cinta yang dapat
mengajari kami agar bisa jadi manusia yang saling mencinta dan
saling menjaga.
Ibu, kau adalah mahluk yang diistimewakan Sang Penaung. Tak tahukah
kau, kami diperintahkan untuk menghormatimu, menjaga perasaanmu,
mendo'akanmu, dan membahagiakanmu. Ibu, kaulah cahaya di jagat raya
jiwa kami.
Kepada semua ibu di segenap penjuru bumi, terimakasih banyak. Dari
rahimmu telah lahir penerus-penerus adam yang mewarnai hidup dengan
pelangi. Tak peduli sabaik atau seburuk apapun mereka, mereka
terlahir dalam fitrah suci. Tak peduli itu ilmuwan, kiyai, pencopet,
direktur, koruptor, presiden, pedagang kaki lima, teroris, artis,
pelawak, guru, dan jalan hidup lain yang telah mereka tempuh, mereka
terlahir sebagai bayi suci yang lahir dari rahimmu. Mereka adalah
anak-anak mungilmu, ibu. Anak yang setelah dewasa semakin tak tahu
diri dan tak pernah sanggup memaknai keberadaanmu di selasar hidup
ini.
Ibu, beri kami kesempatan untuk membahagiakanmu, untuk memaknai
jalan kupu-kupumu.
Untukmu, wahai perempuan hebat yang melahirkan aku di hari ibu dua
puluh dua tahun yang lalu, di tengah degup hidup yang semakin
meredup sisa nafas ini kupersembahkan hanya untuk kebahagiaanmu.

"Ya Allah...
aku ingin hidup sebagai cahaya yang berpijar untuk kebahagiaan ibu
aku ingin mati sebagai bunga yang mewangi di jubah cinta ibu
Ya Allah, kupercayakan ibu hanya pada dekapan semesta kasih-Mu"

***

*Sigit Rais
"SemAnGaT"
http://www.mail-archive.com/cerkit@yahoogroups.com/msg01414.html

Tidak ada komentar: